Nasehat Bijaksana Para Hukama
BAYANGANMU
adalah BAGIAN dari DIRIMU, dialah yang PALING SETIA MENYERTAIMU. Maka,
KEKASIH yang PALING SETIA adalah yang JIWANYA adalah BAGIAN dari JIWAMU
dan JIWAMU adalah BAGIAN dari JIWANYA: TIDAK BERSATU, dan TIDAK pula
BERPISAH, tetapi SELALU BERSAMA. (Hukama)
CINTA
yang DIDASARKAN pada SYAHWAT (HAWA NAFSU) dalam kenyataannya mengandung
KERUSAKAN-KERUSAKAN baik di DUNIA maupun di AKHIRAT. CINTA seperti ini
sering melahirkan GAMBARAN-GAMBARAN dan BAYANGAN-BAYANGAN yang
dampaknya merusak HATI. Apabila HATI telah RUSAK, maka
KEHENDAK, PEMBICARAAN, serta berbagai AKTIVITAS pun akan RUSAK pula,
yang pada akhirnya MERUSAK TAUHID (KEIMANAN). ~ Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
CINTA,
semoga Allah senantiasa memuliakannya, mula-mula hanya MAIN-MAIN,
lama-lama jadi SUNGGUHAN. CINTA memiliki MAKNA yang DALAM, INDAH, dan
AGUNG. TIDAK ada KATA yang BISA melukiskan KEINDAHAN dan KEAGUNGAN
CINTA. HAKIKAT CINTA tak dapat DITEMUKAN selain dengan segenap
KESUNGGUHAN dalam PENGAMATAN dan PENJIWAAN. CINTA tidak dimusuhi oleh
AGAMA dan tidak dilarang oleh syariat-Nya. CINTA ADALAH URUSAN HATI, SEMENTARA HATI ADALAH URUSAN ILAHI. Sungguh, CINTA adalah PENYAKIT yang MEMBINGUNGKAN. OBATNYA terletak
pada SEJAUH mana Anda mau BERTEMAN-BERBAGI, dan SEJAUH mana Anda DATANG
ke TEMPAT yang Anda SUKAI, dan SEJAUH mana Anda MELAKUKAN sesuatu yang
Anda SENANGI. Orang yang terkena PANAH ASMARA "takkan" mau
melepaskan PANAH itu. Anehnya, orang yang SEHAT malah ingin TERJANGKIT
oleh PENYAKIT CINTA itu. CINTA membuat hal yang tadinya dipandang HINA
menjadi MULIA; CINTA mengubah yang RUMIT menjadi MUDAH. ~ Abu Muhammad ibn Hazm Al-Andalusi
CINTA
meliputi ILHAM, PANCARAN, dan LUAPAN-LUAPAN HATI, yakni CINTA dengan
segala PERASAAN dan KEBERADAANNYA. Dengan MAKNA dan TINGKATAN-TINGKATAN
ini, CINTA itu TIDAK dapat diberi BATASAN, TIDAK dapat DIDEFINISIKAN,
dan TIDAK dapat DIJELASKAN tentang HAKIKAT dan RAHASIANYA. CINTA hanya
DAPAT DIDEFINISIKAN sebatas ungkapan KATA-KATA, TIDAK LEBIH dari itu! Adapun untuk “dapat” MENGETAHUI INTI dan HAKIKAT
MAKNYA CINTA secara LENGKAP dan MENYELURUH, maka itu adalah di LUAR
BATAS dari KEMAMPUAN manusia, karena CINTA itu dapat DIRASAKAN tetapi
TIDAK dapat DIDEFINISIKAN. (Orang SUFI mengatakan, “Barangsiapa yang TIDAK pernah MERASAKAN, maka ia TAKKAN MENGERTI!”) Muhyidin ibnu ‘Arabi berkata, “Barangsiapa yang MENDEFINISIKAN “CINTA”
berarti ia TIDAK TAHU tentang CINTA. Barangsiapa yang TIDAK MERASAKAN
ALIRAN CINTA berarti ia TIDAK MENGENAL CINTA. Barangsiapa yang
MENGATAKAN bahwa dia telah PUAS dengan CINTA berarti dia TIDAK MENGERTI
tentang CINTA. (Mengapa?) Karena CINTA adalah MINUMAN, tetapi
(peminumnya) TAKKAN pernah PUAS!” Demikianlah, CINTA adalah KERINDUAN dan PERASAAN yang TIADA BATASNYA ..... ~ Dr. Mahmud bin Asy-Syarif
Ketika Hatim Al-Ashm ditanya oleh seseorang, “Atas DASAR apa engkau
MEMBANGUN URUSANMU dalam BERTAWAKAL kepada Allah?” beliau pun menjawab,
“Atas DASAR EMPAT hal, yaitu:
(1) Aku TAHU bahwa REZEKIKU TAKKAN DIMAKAN oleh ORANG LAIN sehingga JIWAKU TENTERAM; (2) aku TAHU bahwa AMAL (KEBAIKAN)KU TAKKAN DIKERJAKAN oleh ORANG LAIN, maka aku (selalu) MENYIBUKKANA diriku dengannya; (3) aku TAHU bahwa KEMATIAN bisa MENGHAMPIRIKU dengan TIBA-TIBA, maka aku pun SEGERA BERAMAL (dan TIDAK MENUNDA-NUNDA); dan (4) aku TAHU bahwa diriku TAKKAN LEPAS dari PENGLIHATAN Allah di mana
pun aku BERADA sehingga aku MALU (untuk BERBUAT MAKSIAT) kepada-Nya.” ~ Muhammad bin Abu Imran
SETIAP ORANG yang “memiliki” QALBU pasti “merasakan” CINTA, ..... PASTI
ia MENCINTAI “sesuatu” (yang menjadi TAMBATAN HATI). CINTA adalah
PERASAAN yang “dimiliki” oleh semua orang yang “memiliki” HATI yang
HIDUP. Jadi, HAKIKAT CINTA sebenarnya adalah KEHIDUPAN RUHANI.
CINTA berasal dari Allah dan untuk Allah. CINTA kepada selain-Nya
(makhluk-Nya) hanyalah merupakan DIMENSI CINTA kepada-Nya.
KERANCUAN
dalam MEMAHAMI masalah CINTA ini akan membuat TIMPANG pada KEYAKINAN
seseorang, karena ia akan MENCAMPURADUKKAN antara CINTA MUTLAK (kepada
Allah) dan CINTA NISBI (kepada makhluk-Nya). Bagi seorang
Mukmin, CINTA memiliki KEDUDUKAN dan RASA yang TIADA TARA. Seorang
Mukmin TAKKAN MERASAKAN bagaimana MANISNYA IMAN sehingga ia MERASAKAN
KEHANGATAN CINTA. Dia HARUS “memiliki” CINTA sebagai SYARAT dari
KESEMPURNAAN IMAN.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
MENCINTAI karena Allah dan MEMBENCI karena Allah, maka IMANNYA menjadi
SEMPURNA.” (HR Abu Daud dari Abu Umamah). ~ Dr. Mahmud bin Asy-Syarif
Aku pernah BERJUMPA dengan orang yang “tidak” BERBICARA apa pun “kecuali” KEBENARAN atau dia DIAM;
aku pun pernah BERJUMPA dengan orang yang tidak BERBICARA sesudah
SALAT FAJAR (SUBUH) hingga MATAHARI TERBIT kecuali hanya MENGELUARKAN
UCAPAN-UCAPAN yang NAIK ke LANGIT (yakni hanya BERZIKIR kepada Allah);
dan aku juga pernah BERJUMPA dengan orang yang TIDAK pernah MENDONGAK ke KELANGIT karena TAKUT kepada Tuhannya. Dan sekiranya orang-orang yang pernah aku JUMPAI itu BERTEBARAN di muka
BUMI ini, lalu mereka MELIHAT kalian, niscaya mereka “takkan” MENGENAL
(MEMPERHATIKAN) sesuatu pun dari kalian “kecuali” hanya KIBLAT (atau
KECONDONGAN HATI) kalian. ~ Maimun bin Mihram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar