Sabtu, 18 Februari 2012

Nasehat Bijaksana Para Hukama

BAYANGANMU adalah BAGIAN dari DIRIMU, dialah yang PALING SETIA MENYERTAIMU. Maka, KEKASIH yang PALING SETIA adalah yang JIWANYA adalah BAGIAN dari JIWAMU dan JIWAMU adalah BAGIAN dari JIWANYA: TIDAK BERSATU, dan TIDAK pula BERPISAH, tetapi SELALU BERSAMA. (Hukama) 

CINTA yang DIDASARKAN pada SYAHWAT (HAWA NAFSU) dalam kenyataannya mengandung KERUSAKAN-KERUSAKAN baik di DUNIA maupun di AKHIRAT. CINTA seperti ini sering melahirkan GAMBARAN-GAMBARAN dan BAYANGAN-BAYANGAN yang dampaknya merusak HATI. Apabila HATI telah RUSAK, maka KEHENDAK, PEMBICARAAN, serta berbagai AKTIVITAS pun akan RUSAK pula, yang pada akhirnya MERUSAK TAUHID (KEIMANAN). ~ Ibnu Qayyim Al-Jauziyah  

CINTA, semoga Allah senantiasa memuliakannya, mula-mula hanya MAIN-MAIN, lama-lama jadi SUNGGUHAN. CINTA memiliki MAKNA yang DALAM, INDAH, dan AGUNG. TIDAK ada KATA yang BISA melukiskan KEINDAHAN dan KEAGUNGAN CINTA. HAKIKAT CINTA tak dapat DITEMUKAN selain dengan segenap KESUNGGUHAN dalam PENGAMATAN dan PENJIWAAN. CINTA tidak dimusuhi oleh AGAMA dan tidak dilarang oleh syariat-Nya. CINTA ADALAH URUSAN HATI, SEMENTARA HATI ADALAH URUSAN ILAHI. Sungguh, CINTA adalah PENYAKIT yang MEMBINGUNGKAN. OBATNYA terletak pada SEJAUH mana Anda mau BERTEMAN-BERBAGI, dan SEJAUH mana Anda DATANG ke TEMPAT yang Anda SUKAI, dan SEJAUH mana Anda MELAKUKAN sesuatu yang Anda SENANGI. Orang yang terkena PANAH ASMARA "takkan" mau melepaskan PANAH itu. Anehnya, orang yang SEHAT malah ingin TERJANGKIT oleh PENYAKIT CINTA itu. CINTA membuat hal yang tadinya dipandang HINA menjadi MULIA; CINTA mengubah yang RUMIT menjadi MUDAH. ~ Abu Muhammad ibn Hazm Al-Andalusi

CINTA meliputi ILHAM, PANCARAN, dan LUAPAN-LUAPAN HATI, yakni CINTA dengan segala PERASAAN dan KEBERADAANNYA. Dengan MAKNA dan TINGKATAN-TINGKATAN ini, CINTA itu TIDAK dapat diberi BATASAN, TIDAK dapat DIDEFINISIKAN, dan TIDAK dapat DIJELASKAN tentang HAKIKAT dan RAHASIANYA. CINTA hanya DAPAT DIDEFINISIKAN sebatas ungkapan KATA-KATA, TIDAK LEBIH dari itu!  Adapun untuk “dapat” MENGETAHUI INTI dan HAKIKAT MAKNYA CINTA secara LENGKAP dan MENYELURUH, maka itu adalah di LUAR BATAS dari KEMAMPUAN manusia, karena CINTA itu dapat DIRASAKAN tetapi TIDAK dapat DIDEFINISIKAN. (Orang SUFI mengatakan, “Barangsiapa yang TIDAK pernah MERASAKAN, maka ia TAKKAN MENGERTI!”) Muhyidin ibnu ‘Arabi berkata, “Barangsiapa yang MENDEFINISIKAN “CINTA” berarti ia TIDAK TAHU tentang CINTA. Barangsiapa yang TIDAK MERASAKAN ALIRAN CINTA berarti ia TIDAK MENGENAL CINTA. Barangsiapa yang MENGATAKAN bahwa dia telah PUAS dengan CINTA berarti dia TIDAK MENGERTI tentang CINTA. (Mengapa?) Karena CINTA adalah MINUMAN, tetapi (peminumnya) TAKKAN pernah PUAS!” Demikianlah, CINTA adalah KERINDUAN dan PERASAAN yang TIADA BATASNYA .....  ~ Dr. Mahmud bin Asy-Syarif 

Ketika Hatim Al-Ashm ditanya oleh seseorang, “Atas DASAR apa engkau MEMBANGUN URUSANMU dalam BERTAWAKAL kepada Allah?” beliau pun menjawab, “Atas DASAR EMPAT hal, yaitu:
(1) Aku TAHU bahwa REZEKIKU TAKKAN DIMAKAN oleh ORANG LAIN sehingga JIWAKU TENTERAM; (2) aku TAHU bahwa AMAL (KEBAIKAN)KU TAKKAN DIKERJAKAN oleh ORANG LAIN, maka aku (selalu) MENYIBUKKANA diriku dengannya; (3) aku TAHU bahwa KEMATIAN bisa MENGHAMPIRIKU dengan TIBA-TIBA, maka aku pun SEGERA BERAMAL (dan TIDAK MENUNDA-NUNDA); dan (4) aku TAHU bahwa diriku TAKKAN LEPAS dari PENGLIHATAN Allah di mana pun aku BERADA sehingga aku MALU (untuk BERBUAT MAKSIAT) kepada-Nya.” ~ Muhammad bin Abu Imran 

SETIAP ORANG yang “memiliki” QALBU pasti “merasakan” CINTA, ..... PASTI ia MENCINTAI “sesuatu” (yang menjadi TAMBATAN HATI). CINTA adalah PERASAAN yang “dimiliki” oleh semua orang yang “memiliki” HATI yang HIDUP. Jadi, HAKIKAT CINTA sebenarnya adalah KEHIDUPAN RUHANI. CINTA berasal dari Allah dan untuk Allah. CINTA kepada selain-Nya (makhluk-Nya) hanyalah merupakan DIMENSI CINTA kepada-Nya.
KERA
NCUAN dalam MEMAHAMI masalah CINTA ini akan membuat TIMPANG pada KEYAKINAN seseorang, karena ia akan MENCAMPURADUKKAN antara CINTA MUTLAK (kepada Allah) dan CINTA NISBI (kepada makhluk-Nya). Bagi seorang Mukmin, CINTA memiliki KEDUDUKAN dan RASA yang TIADA TARA. Seorang Mukmin TAKKAN MERASAKAN bagaimana MANISNYA IMAN sehingga ia MERASAKAN KEHANGATAN CINTA. Dia HARUS “memiliki” CINTA sebagai SYARAT dari KESEMPURNAAN IMAN.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa MENCINTAI karena Allah dan MEMBENCI karena Allah, maka IMANNYA menjadi SEMPURNA.” (HR Abu Daud dari Abu Umamah). ~ Dr. Mahmud bin Asy-Syarif 

Aku pernah BERJUMPA dengan orang yang “tidak” BERBICARA apa pun “kecuali” KEBENARAN atau dia DIAM;
aku pun pernah BERJUMPA dengan orang yang tidak BERBICARA sesudah SALAT FAJAR (SUBUH) hingga MATAHARI TERBIT kecuali hanya MENGELUARKAN UCAPAN-UCAPAN yang NAIK ke LANGIT (yakni hanya BERZIKIR kepada Allah);
dan aku juga pernah BERJUMPA dengan orang yang TIDAK pernah MENDONGAK ke KELANGIT karena TAKUT kepada Tuhannya. Dan sekiranya orang-orang yang pernah aku JUMPAI itu BERTEBARAN di muka BUMI ini, lalu mereka MELIHAT kalian, niscaya mereka “takkan” MENGENAL (MEMPERHATIKAN) sesuatu pun dari kalian “kecuali” hanya KIBLAT (atau KECONDONGAN HATI) kalian. ~ Maimun bin Mihram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar